Makanan Khas Palembang, Sumatra Selatan

Saturday, May 7, 2011

Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan "Chinese taste" yang kental pada masyarakat Palembang.

1. Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).

2. Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.

3. Model, salah satu olahan pempek yang menggugah selera, Model, mirip tekwan tetapi bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk menyerupai pempek tahu kemudian dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu udang sebagai kuah serta soun sebagai pelengkap. Ada 2 jenis model, yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).

4. Laksan, berbahan dasar pempek lenjer tebal, dipotong kecil-kecil dan kemudian disiram kuah santan pedas.

5. Celimpungan, mirip laksan, hanya saja adonan pempek dibentuk mirip tekwan yang lebih besar dan disiram kuah santan.

6. Mie Celor, berbahan dasar mie kuning dengan ukuran agak besar mirip mie soba dari Jepang, disiram dengan kuah kental kaldu udang dan daging udang.

7. Burgo, berbahan dasar tepung beras dan tepung sagu yang dibentuk mirip dadar gulung yang kemudian diiris, dinikmati dengan kuah santan.

8. Lakso, berbahan dasar tepung beras, mirip Burgo, namun bertekstur mie.

9. Pindang Patin, salah satu makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging ikan patin yang direbus dengan bumbu pedas dan biasanya ditambahkan irisan buah nanas untuk memberikan rasa segar. Nikmat disantap dengan nasi putih hangat, rasanya gurih, pedas dan segar.

10. Pindang Tulang, berbahan dasar tulang sapi dengan sedikit daging yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang, direbus dengan bumbu pedas, sama halnya dengan pindang patin, makanan ini nikmat disantap sebagai lauk dengan nasi putih hangat.

11. Malbi, mirip rendang, hanya rasanya agak manis, berkuah dan gurih.

12. Tempoyak, makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging durian yang ditumis beserta irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.

13. Otak - otak, varian pempek yang telah tersebar di seluruh Indonesia, berbahan dasar mirip pempek yang dicocol dengan kuah santan dan kemudian dibungkus daun pisang, dimasak dengan cara dipanggang di atas bara api dan biasa disantap dengan saus cabai / kacang.

14. Kemplang, berbahan dasar pempek lenjer, diiris tipis dan kemudian dijemur hingga kering. Setelah kering kemplang dapat dimasak dengan cara digoreng atau dipanggang hingga mengembang.

15. Kerupuk, mirip kemplang, hanya saja adonan dibentuk melingkar, dijemur, kemudian digoreng.

16. Kue Maksubah, kue khas Palembang yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya.

17. Kue Delapan Jam, dengan adonan mirip kue maksubah, kue ini benar - benar sesuai dengan namanya karena dalam proses pembuatannya membutuhkan waktu delapan jam. Kue khas Palembang ini juga sering disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan dan sering disajikan di hari raya.

18. Kue Srikayo, berbahan dasar utama telur dan daun pandan, berbentuk mirip puding. Kue berwarna hijau ini biasanya disantap dengan ketan dan memiliki rasa manis.

International Airport Sultan Mahmud Badaruddin II

International Airport Sultan Mahmud Badaruddin II is an international airport serving the city of Palembang, South Sumatra and surrounding areas. The airport is located in the region KM.10 Sukarame District. International Airport Sultan Mahmud Badaruddin II is operated by PT Angkasa Pura 2. The name of this airport was taken from the name of Sultan Mahmud Badaruddin II (1767-1862), a local hero who had led the Palembang Darussalam Sultanate (1803-1819).

The airport has officially become an international airport and can accommodate the large-bodied aircraft on January 1, 1970. The development of the airport started on January 1, 1990 with a total cost of Rp366, 7 billion which comes from Japan International Bank Corporation Rp251, 9 billion and matching funds from the state budget amounting to Rp114, 8 billion.

Between the development undertaken is an extension of the runway along the 300 meters x 60 meters to 3,000 meters x 60 meters, construction vehicle parking area of 20,000 meters which can accommodate 1000 vehicles as well as the construction of passenger terminal building of three floors covering 13,000 square meters which can accommodate 1250 passengers, equipped garbata and cargo terminals and other support buildings covering an area of ​​1900 square meters.

The result of this development makes International Airport Sultan Mahmud Badaruddin II can accommodate the Airbus A330 and Boeing 747 and the like. In addition, the flow of passengers is projected to rise from 7720 passengers to 16,560 passengers. After that there will be construction of toll roads Indralaya-Palembang Sultan Mahmud Airport Badaruddin-II to facilitate access to the airport.

Juanda International Airport

Juanda International Airport, is an international airport serving the city of Surabaya, East Java and the surrounding areas. Juanda Airport is located in District Sedati, Sidoarjo regency, 20 km south of Surabaya. Juanda International Airport is operated by PT Angkasa Pura 1.

The airport has a runway length of 3000 meters. Juanda Airport which has an area of ​​51,500 new m², or about two times higher than the old terminal which is only 28 088 m². New airport is also equipped with a parking facility covering an area of ​​28,900 m² that can accommodate over 3,000 vehicles. The airport is expected to accommodate 6 million to 8 million passengers per year and 120,000 tonnes of cargo per year.

Juanda Airport, originally built as a Navy air base. But in its development also serves civilian flights. In line with the growth of civil aviation, the management of Juanda Airport was transferred from the Department of Defense to the Department of Transportation and later handed back to Perum Angkasa Pura I.
Old Terminal
Juanda International Airport long has 2 terminals, one domestic terminal and an international terminal. Domestic terminal is divided into two sub-terminal, namely A and B to arrival to departure. International terminal is also divided into two sub-terminal, in C to D for departure and arrival.

New Terminal
The new airport has 11 airbridge or garbarata. Juanda Airport has operated a new start date of November 7, 2006, although only inaugurated on November 11, 2006 by President Susilo Bambang Yudhoyono. New Juanda Airport consists of three floors. New Terminal is divided into two terminals: Terminal A or Terminal B or Terminal International and Domestic Terminals. Garuda Indonesia airlines domestic flights use Terminal A as their domestic departure terminal, while Terminal B as their domestic arrival terminal. All international flights were flying Garuda Indonesia or landed from Terminal A. Most flights at the new terminal is already using garbarata / elephant's trunk, but still there are still using a ladder, especially for domestic planes.Land Transportation Facilities To / From Juanda Airport, Surabaya
1. Bus
DAMRI buses provided by local governments that can deliver passengers to the terminal several main/Bungurasih a cost of Rp15,000. In November 2006, coinciding with the opening of the new airport, new bus transportation system started operating.

2. Taxi
Taxi Primkopal Juan impose fixed rates to different destinations in the city of Surabaya and the surrounding area including Malang, Blitar, Jember, Tulungagung. Unlike other airports in Indonesia, Juanda Primkopal Taxi only allowed to deliver passengers. Taxi tickets can be purchased at the counter at the exit either domestic or international airport. However, all taxis are allowed to transport passengers to the airport. In addition to the official taxi, like other airports in Indonesia, there are also taxis which are usually dark cheaper tariffs, but of course security can not be guaranteed.
 

Copyright © 2010 Picnic Together Designed by Ipietoon Blogger Template
Girl Vector Copyrighted to Dapino Colada