Showing posts with label Bungkul. Show all posts
Showing posts with label Bungkul. Show all posts

Bungkul Parks In Surabaya

Wednesday, June 13, 2012


Bungkul parks located on Jalan Raya Darmo Surabaya, the park is located in an area approximately 900 square meters. Parks Bungkul such as  is the heart of Surabaya. The park is now a theme park for those who want to enjoy the green in the center of town. Some events are also frequent in the title of this park for entertainment or cultural activities. In the back garden, there are some stalls which offer typical menu Surabaya, as Rawon, Soto, meatballs and more. Parks hump crowded from morning till night and be part of Surabaya city that deserves to be proud of.
 
Since March 21, 2007, Park was inaugurated with the concept of cauliflower Sport, Education, and Entertainment. Besides, this park has various facilities, such as skateboarding and BMX bike track, jogging track, plaza (an open stage that can be used for live performance of various types of entertainment), wireless internet access (Wi-Fi or hotspot), public telephone, green arena park such as the fountain, Pujasera area and ready to drink tap water (KASM) is the newest facility at this time which was inaugurated by the Mayor of Surabaya on August 11, 2009.
 
The park is open to the public, every day from morning until evening, for Sunday morning is usually the place as a center Singgahan the bicycle community. Because one way that the enactment of the "car free day" (days with no motor vehicles) that have been implemented by the Government of Surabaya. And it still continues to develop this activity in several other streets in Surabaya.

Sunan Bungkul Surabaya

Thursday, January 19, 2012

Terletak di Taman Bungkul jalan Progo dalam wilayah Surabaya Pusat. Ki Ageng Bungkul adalah seorang nayaka (keramat) kerajaan Majapahit, keturunan Ki Ageng dari Majapahit yang berkediaman di Bungkul Surabaya. Sunan Bungkul dikenal sebagai tokoh masyarakat dan penyebar agama Islam pada masa akhir kejayaan Kerajaan Majapahit di abad XV di tanah Jawa. Sumbangsih Sunan Bungkul dalam penyebaran Islam di tanah Jawa tak bisa diabaikan begitu saja. Beliau sering berkonsultasi dengan Sunan Ampel mengenai masalah agama Islam sehingga kemudian masuk Agama Islam. Ki Ageng Bungkul aslinya bernama Ki Supo, seorang ahli pembuat keris dari Tuban. Beliau menetap di Bungkul sampai wafatnya. Sunan Bungkul adalah mertua dari Raden Paku atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Giri.

Kompleks makam ini eksotis. Di dalamnya masih tersisa suasana Kampung Bungkul di tengah kota yang sibuk. Ada gapura ala Majapahit, terdapat mushala lama, gazebo bersosoran rendah. Belasan makam lain berada di bawah rerimbunan pohon-pohon tua. Tidak ditemukan kisah yang sahih. Yang bisa di lakukan hanyalah mengumpulkan kepingan-kepingan kisah tentang sosok ini dari beberapa catatan lama itu sekalipun itu juga masih bisa diperdebatkan.
Selain di Taman Bungkul, sejumlah makam pengikut Bungkul banyak tersebar di kawasan Darmo. Sebagian sudah tergusur, beberapa masih bertahan. Salah satunya di temukan 'tercecer' di depan Kantor Kecamatan Tegalsari Jl. Tanggulangan, sekitar 100 meter dari Jl. Raya Darmo atau 300 meter sebelah utara makam Mbah Bungkul. Namanya makam Mbah Kusir, diyakini kusirnya Mbah Bungkul.

Ada 2 versi cerita tentang Ki Supo:
1. Ki Supo ingin menikahkan puterinya (Dewi Wardah). Namun ia belum mendapatkan sosok lelaki yang sesuai. Lalu Supo membuat sayembara, siapapun laki-laki yang dapat memetik delima yang tumbuh di kebunnya akan saya jodohkan dengan putriku Dewi Wardah. Sudah banyak orang yang mencoba mengikuti sayembara itu, namun belum ada yang berhasil memetik buah delima yang dimaksud. Bahkan sebagian dari mereka ketika memanjat berusaha untuk mengambil buah delima mereka jatuh dan berakhir dengan kematian. Pada suatu hari Raden Paku berjalan melewati pekarangan Ki Ageng Supo dimana terdapat pohon delima itu, sesampai di bawah pohon delima tiba-tiba pohon delima itu jatuh. Kemudian Raden Paku menyerahkan buah Delima tersebut kepada Sunan Ampel. Sunan Ampel berkata kepad Raden Paku “Berbahagialah engkau, karena sebentar lagi engkau akan diambil menantu oleh Ki Ageng Supo. Engkau akan dijodohkan dengan putri beliau yang bernama Dewi Wardah”.
“Kajeng Sunan, saya tidak mengerti apa maksud Kanjeng Sunan, bukankah sebentar lagi saya akan menikah dengan putrid kanjeng Sunan”
“Agaknya ini sudah menjadi suratan takdir bahwa engkau akan mempunyai dua orang istri, putriku Dewi Murtosiah dan putri Ki Ageng Supo, Dewi Wardah”
Kemudian Sunan Ampel menceritakan perihal sayembara yang telah dibuat Ki Ageng Supo. Raden Paku mengangguk-angguk mendengar cerita Sunan Ampel.

2. Ada cerita versi lain. Bahwa Ki Ageng Supo sengaja memetik buah Delima dan menghanyutkan ke sungai. Delima itu dihanyutkan ke Sungai Kalimas yang mengalir ke utara. Alur air sungai ini bercabang di Ngemplak menjadi dua. Percabangan sebelah kiri menuju Ujung dan sebelah kanan menuju kali Pegirikan. Buah delima itu terapung dan hanyut ke kanan. Suatu pagi seorang santri Sunan Ampel yang mandi di Pegirikan Desa Ngampeldenta, menemukan delima itu. Sang santri (Raden Paku) pun menyerahkannya ke Sunan Ampel. Oleh Sunan Ampel delima itu disimpan. Besoknya, Supa menelusuri bantaran Kalimas. Sesampainya di pinggiran, ia melihat banyak santri mandi di sungai. Ki Supo, yakin disinilah delima itu ditemukan oleh salah satu diantara pasa santri tersebut. Apakah ada yang menemukan delima, tanya Supo setelah bertemu Sunan Ampel. Raden Paku, murid Sunan Ampel dipanggil dan mengaku. Singkat cerita Raden Paku dinikahkan dengan anak Ki Ageng Supo, Dewi Wardah.

Ki Ageng Supo akhirnya memperoleh mantu seorang santri dari Ampeldenta yakni Raden Paku. Sedangkan Raden Paku pada akhirnya menikahi dua orang putri Dewi Murtosiah, putri Sunan Ampel dan Dewi Wardah putri Ki Ageng Supo. Mereka hidup berbahagia selamanya.
 

Copyright © 2010 Picnic Together Designed by Ipietoon Blogger Template
Girl Vector Copyrighted to Dapino Colada