Showing posts with label Masjid. Show all posts
Showing posts with label Masjid. Show all posts

Sunan Ampel

Thursday, January 19, 2012

Makam Sunan Ampel berada di Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kotamadya Surabaya, Jawa Timur. Karena letaknya ditengah kota, Makam Sunan Ampel mudah dijangkau oleh segala jenis kendaraan. Tempat ini banyak didatangi para peziarah yang ingin berkunjung ke makam Sunan Ampel. Makam Raden Muhammad Ali Rahmatullah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel, terletak di belakang masjid Ampel. Untuk mencapai makam harus melewati sembilan gapura, sesuai arah mata angin, yang melambangkan wali songo atau sembilan wali. Tiga gapura merupakan bangunan asli peninggalan Sunan Ampel.

Makam Sunan Ampel bersebelahan dengan makam istri pertamanya, Nyai Condrowati, yang merupakan keturunan Raja Brawijaya Lima. Di komplek makam Sunan Ampel ini terdapat juga makam para pengawal dan santri-santri Sunan Ampel. Diantaranya makam Mbah Soleh yang berjumlah sembilan. Konon Mbah Soleh meninggal sembilan kali, karena itu makamnya ada sembilan. Selain itu, terdapat juga makam Mbah Bolong. Semasa hidupnya Mbah Bolong yang memiliki nama asli Sonhaji ini, ahli dalam menentukan arah mata angin. Terutama untuk menentukan arah kiblat.Keunikan dan nilai sejarah masjid Ampel:
1. Ada 16 tiang penyangganya yang terbuat dari kayu jati berukuran 17 meter tanpa sambungan.Tiang penyangga ini hingga kini masih kokoh, padahal umurnya sudah lebih dari 600 tahun. Di tiang penyangga terdapat ukiran-ukiran kuno peninggalan zaman Majapahit yang bermakna Keesaan Tuhan. Masjid ini memiliki 48 pintu yang masih asli, dengan diameter satu setengah meter, dan tinggi dua meter.
2. Bangunan yang menyerupai menara setinggi 50 meter. Dahulu, menara ini berfungsi sebagai tempat azan. Di sebelah menara terdapat kubah berbentuk pendopo jawa, dengan lambang ukiran mahkota berbentuk matahari, yang merupakan lambang kejayaan Majapahit.
3. Terdapat sumur bersejarah. Namun kini sudah ditutup dengan besi. Air sumur ini dipercaya memiliki kelebihan seperti air zamzam di Mekkah. Khasiatnya beragam, diantaranya dipercaya dapat menjadi obat. Para peziarah sering membawa air ini sebagai oleh-oleh.

Sunan Ampel pada masa kecilnya bernama Raden Rahmat, dan diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa (ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini: Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja,,, Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa).

Menurut beberapa riwayat, orang tua Sunan Ampel adalah Makhdum Ibrahim (menantu raja Champa, ipar Dwarawati) alias Haji Bong Tak Keng (anak buah Sam Po Bo) yang menjadi Kapten Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) di Champa. Dalam catatan Kronik Cina dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo. Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu (Kyai Bantong) menantu Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit. Puteri dari Kyai Bantong menikah dengan Prabu Brawijaya kemudian melahirkan Raden Fatah. Dalam Serat Darmo Gandhul, Sunan Ampel disebut Sayyid Rahmad merupakan keponakan dari Putri Champa permaisuri Prabu Brawijaya.
Raden Rahmat dan Raden Santri adalah anak Makhdum Ibrahim alias Haji Bong Tak Keng keturunan suku Hui dari Yunnan yang merupakan percampuran bangsa Han/Tionghoa dengan bangsa Asia Tengah (Samarkand). Raden Rahmat, Raden Santri dan Raden Burereh (cucu raja Champa) pergi ke Majapahit mengunjungi bibi mereka bernama Dwarawati (anak raja Champa) yang menjadi permaisuri raja Brawijaya.

Menurut Hikayat Banjar dan Kotawaringin (= Hikayat Banjar resensi I), nama asli Sunan Ampel adalah Raja Bungsu, anak Sultan Pasai. Beliau datang ke Majapahit menyusul/menengok kakaknya yang diambil isteri oleh Raja Mapajahit. Raja Majapahit saat itu bernama Dipati Hangrok dengan mangkubuminya Patih Maudara. Dipati Hangrok telah memerintahkan menterinya Gagak Baning melamar Putri Pasai dengan membawa sepuluh buah perahu ke Pasai. Sebagai kerajaan Islam, mulanya Sultan Pasai keberatan jika Putrinya dijadikan isteri Raja Majapahit, tetapi karena takut binasa kerajaannya akhirnya Putri tersebut diberikan juga. Putri Pasai dengan Raja Majapahit memperoleh anak laki-laki. Karena rasa sayangnya Putri Pasai melarang Raja Bungsu pulang ke Pasai. Sebagai ipar Raja Majapahit, Raja Bungsu kemudian meminta tanah untuk menetap di wilayah pesisir yang dinamakan Ampelgading. Anak laki-laki dari Putri Pasai dengan raja Majapahit tersebut kemudian dinikahkan dengan puteri raja Bali. Anak dari Putri Pasai tersebut wafat ketika isterinya Putri dari raja Bali mengandung tiga bulan. Karena dianggap akan membawa celaka bagi negeri tersebut, maka ketika lahir bayi ini dihanyutkan ke laut, tetapi kemudian dapat dipungut dan dipelihara oleh Nyai Suta-Pinatih, kelak disebut Pangeran Giri. Kelak ketika terjadi huru-hara di ibukota Majapahit, Putri Pasai pergi ke tempat adiknya Raja Bungsu di Ampelgading. Penduduk desa-desa sekitar memohon untuk dapat masuk Islam kepada Raja Bungsu, tetapi Raja Bungsu sendiri merasa perlu meminta izin terlebih dahulu kepada Raja Majapahit tentang proses islamisasi tersebut. Akhirnya Raja Majapahit berkenan memperbolehkan penduduk untuk beralih kepada agama Islam. Petinggi daerah Jipang menurut aturan dari Raja Majapahit secara rutin menyerahkan hasil bumi kepada Raja Bungsu. Petinggi Jipang dan keluarga masuk Islam.

Raja Bungsu beristerikan puteri dari petinggi daerah Jipang tersebut, kemudian memperoleh dua orang anak, yang tertua seorang perempuan diambil sebagai isteri oleh Sunan Kudus, sedang yang laki-laki digelari sebagai Pangeran Bonang. Raja Bungsu sendiri disebut sebagai Pangeran Makhdum.

Masjid Kubah Emas Brunei

Monday, February 8, 2010

Pulang dari menunaikan ibadah umroh di tanah suci tempo hari, pesawat Royal Brunei yang kami tumpangi dari Jeddah Arab Saudi transit di negara Brunei selama 6 jam. Setelah lapor kedatangan di bandara Brunei, travel yang membawa kami sekeluarga mengajak jalan-jalan di daerah sekitarnya.

Brunei terletak di Pulau Kalimantan (Borneo) dan memiliki wilayah yang berbatasan dengan Serawak dari sebelah Barat sampai Timur, serta berbatasan dengan Laut Cina Selatan di sebelah Utara.

Pemerintahannya bercorak monarki konstitusional dengan Sultan menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan yang dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Perekonomian Brunei Darussalam yang bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas menjadikan negara ini memiliki pendapatan nasional yang termasuk tinggi di dunia. Satuan mata uangnya adalah Brunei Dolar, yang memiliki nilai yang sama dengan Dolar Singapura. Tak heran jika Sultan Hassanal Bolkiah juga dikenal sebagai salah satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan diperkirakan sekitar 400 trilyun rupiah.

Tempat yang kami kunjungi adalah sebuah masjid yang berkubah emas yaitu masjid Jami Asr Hassanil Bolkiah. Masjid ini dikenal juga sebagai masjid Kiarong, yang merupakan masjid terbesar di Brunei Darussalam. Raja Brunei Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah Ibni Al-Marhum Sultan Haji Omar 'Ali Saifuddien Sa'adul Hkairi Waddien membangun masjid ini sebagai peringatan untuk mengenang 25 tahun Sultan memerintah. Masjid yang terletak di jalan Tutong, Kg. Kiarong, Kiulap Brunai Darusalam ini merupakan bukti sejarah perkembangan Islam dari masa ke masa.

Asal usul berkembangnya Islam disini tidak terlepas dari Kerajaan Tanjungpura, Sukadana dan Sambas. Yang menonjol dari masjid megah ini adalah gaya arsitektur khas arab yang menghiasi kubah dan menara masjid, mirip dengan masjid di kota Mekah dan Madinah. Terdapat 29 kubah besar dan kecil berlapis emas . 2 kubah besar bertengger di atas atap masjid, dan 27 kubah kecil yang berdiri mengitari setiap sudut masjid. Masjid ini memiliki 4 menara yang masing-masing tingginya 189 kaki. Ada sekitar 297 anak tangga pada setiap menara tersebut. Melalui menara ini, pengunjung bisa melihat pemandangan sekitar masjid dan juga pemandangan Bandar Seri Begawan dan Kampong Ayer.

Menurut catatan sejarah berdirinya masjid ini, jumlah 29 adalah simbol dari Sultan Hassanal Bolkiah sebagai Sultan Brunei yang ke-29. Terdapat lima pintu masuk ke lokasi ini, di samping dua pintu khusus untuk keluarga kerajaan dan tamu negara.
 

Copyright © 2010 Picnic Together Designed by Ipietoon Blogger Template
Girl Vector Copyrighted to Dapino Colada